The Letter




The Letter

Sesuatu mengubahku perlahan.
Empat tahun berlalu, namun aku masih belum bisa melupakan bayangannya. Ia terlihat semakin jelas di benak. Selalu datang kedalam mimpi-mimpi tak berujungku. Apakah ia juga merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan? Aku merindukannya, tentu saja. Aku meninggalkannya, empat tahun lalu, tepat hari ini.
Haha, kalau dipikirkan kembali, aku ini bodoh ya? Mana mungkinlah ia juga merasakan hal yang sama  seperti yang aku rasakan, setelah semua yang terjadi. Empat tahun lalu, saat pertengkaran itu terjadi. Aku masih menyesalinya hingga saat ini. Tapi, apa yang bisa aku lakukan? Meskipun aku kembali, tetap saja semuanya tidak akan kembali seperti semula, seperti dahulu. Itu hanyalah impian belaka, jika memang ingin dijelaskan.
Aku berubah, perlahan. Sesuatu yang berada di dalam tubuhku memberontak. Mencoba merenggut satu-satunya harapanku bersamanya. Hal yang terbesar untukku. Hidupku.
Ty Brasier. Laki-laki yang lebih muda dua tahun dariku. Ia adalah cintaku. Hidupku. Dan matiku. Aku terikat padanya. Entah dia merasakan hal yang sama denganku atau tidak. Tapi, semenjak hari pertengkaran kami, ia berubah. Salahku. Ini salahku. Aku mohon maafkan aku. Aku hanya ingin bersamamu, meskipun si brengsek yang satu ini berusaha menghalangiku untuk kembali padamu.
Jika, kau merasakan yang sama terhadapku, apakah ini akan baik-baik saja? Jika nanti, aku tak akan pernah kembali padamu. Dan tak akan pernah bisa.
Mungkin ini adalah satu-satunya kesempatanku untuk bisa kembali padamu. Beruntunglah aku, saat Erns Wieger, atasan sekaligus dokter-ku mengatakan hal yang sebenarnya sudah aku duga. Tapi, aku hanya tidak menyangka akan terjadi terlalu cepat. Ia mengatakan, penyakit jahanam ini hanya menyisakan satu atau dua tahun umurku.
Tyer, begitu panggilanku terhadapmu. Aku merindukanmu. Sungguh.
Aku tak perlu menanti hari dimana kau akan datang menjemputku. Akulah yang akan datang menemuimu. Apa kau akan menerimaku kembali? Meskipun kau menolakku, izinkan aku untuk tetap berada di sisimu, setidaknya saat aku akan benar-benar menutup mataku.
Kau adalah segalanya untukku. Aku hanya berharap untuk kebahagianmu. Dan jika dengan menghilangnya aku untuk selamanya bisa membuatmu benar-benar bahagia, akan aku lakukan dengan sepenuh hati. Aku lakukan semua ini untukmu.
Dan hey, aku menepati janjiku padamu kan? Aku memberikanmu banyak uang, setiap minggu. Jumlah yang bisa untuk membeli sepuluh pulau sekaligus. Haha, aku mungkin sudah gila. Tapi, aku lakukan semua itu untukmu.
Kau adalah kebahagiaanku, meskipun kau tak pernah bisa aku sentuh. Kau adalah hidupku. Nafasku. Jantungku. Cintaku.
Hingga tiba hari, dimana aku hanyalah debu untukmu, aku ingin berada di sisimu.



Aydin Axelle Meshach





Semarang, 25 February 2020
Azyan Liyana Fatin
21.27

Komentar

Posting Komentar